PERAWAT BISA KOK JADI ENTERPRENEUR SUKSES !!
Bangun Bisnis Bermodal Ilmu Keperawatan
Rahmatullah Darmawan S.Kep Ns, Direktur Utama CV Phinisi Sejahtera & Owner Rufaidah Nurse Care
Di era globalisasi yang sudah sangat maju, persaingan untuk memasuki dunia pekerjaan semakin ketat. Memiliki pendidikan tinggi, ternyata belum cukup mumpuni untuk mengantarkan setiap orang menuju kesuksesan.
Apalagi memasuki era pasar bebas Asean atau yang dikenal Masyarat Ekonomi Asean (MEA), sumber daya manusia (SDM) harus bisa berkompetisi, kreatif dan memiliki keahlian untuk bisa berkompetisi dalam memenuhi ekonominya. Seperti yang dilakukan oleh Rahmatullah Darmawan S.Kep Ns.
Pria kelahiran Makassar 1990 ini, mencoba untuk mencari peruntungan bukan untuk menjadi pegawai di rumah sakit, seperti yang banyak dilakukan oleh lulusan keperawatan lainnya. Sebaliknya, Ia justru menjajaki karier di dunia bisnis. Uniknya, dunia bisnis yang ditekuninya tetap segaris dengan keahliannya di bidang keperawatan.
Beberapa usaha pun didirikan, seperti CV. Phinisi Sejahtera, akhirnya Rahmatullah berhasil meramu ilmu keperawatannya menjadi modal untuk berbisnis.
Begitu pun dengan mengembangkan Phinisi Institute yang bergerak di dunia pendidikan dan pelatihan pengembangan, yakni mengembangkan Nurse Station Apparel yang bergerak di bidang penjualan alat kesehatan (alkes), dan mengembangkan Rufaidah Nurse Care yang bergerak di bidang klinik layanan keperawatan.
Salah satu usahanya yang saat ini coba untuk lebih dikembangkan adalah Rufaidah Nurse Care yang ada di BTN Tamarunang Indah I, Blok J6 No.1, Kabupaten Gowa. Rufaidah Nurse Care sendiri terbilang masih seumur jagung, yakni berdiri di bulan Agustus 2016.
Maka dari itulah Rahmatullah lebih memfokuskan tenaga dan pikirannya untuk memajukan kliniknya ini yang berdiri melalui modal penjualan alkes.
“Ini usaha dalam bidang keperawatan. Sejak lahirnya undang-undang nomor 38 tahun 2014 bahwa perawat sudah bisa bikin klinik, sama dengan dokter. Cuma perbedaannya kita hanya fokus ke perawatan, bukan pengobatan. Seperti pemeriksaan tekanan darah dan sebagainya kita layani di sini,” ujarnya.
Artinya, melalui klinik ini, Deng Uyha, sapaan akrab Konselor Adiksi Balai Rehabilitasi BNN Baddoka Makassar ini, hanya menawarkan layanan di bidang keahliannya saja, yakni masalah keperawatan, dan tidak sampai melakukan pengobatan kepada pasiennya.
“Kalau pengobatan kita rujuk ke dokter atau rumah sakit. Seperti kemarin ada bayi yang kita rawat karena demam, kita usulkan ke dokter karena di sini kita hanya fokus pada perawatan gigi, luka, sunat, cek gula darah, kolesterol, dan yang berkaitan dengan hal keperawatan lainnya.
Bila pun ada pengobatan, itu hanya cenderung ke pengobatan herbal, karena memang perawat tidak boleh melakukan pengobatan, tapi obat-obat herbal bisa kita sarankan kepada pasien. Itu bedanya,” terang alumni S1 Keperawatan UIN Alauddin Makassar. Alumni Ners Stikes Yapika Makassar ini, membangun usaha keperawatan sejak tahun 2012, melalui Phinisi Institute.
Namun, baru di tahun 2016 mengembangkan bisnisnya dengan membuka klinik. Hal itu membuktikan progresivitasnya dalam menapaki karier yang berbeda dari lulusan keperawatan lainnya. “Di klinik ini ada 7 orang perawat dan diantaranya ada masih mahasiswa.
Saya ingin memotivasi mereka agar setelah lulus bisa berwirausaha. Saya yang modali klinik ini, tetapi karena belum punya STR, jadi penanggungjawabnya adalah Ners Hasma, pegawai di rumah sakit Syekh Yusuf, Gowa. Jadi kalau ada pasien mau dirawat, kami menghubungi dia untuk menangani,” jelas Deng Uyha. (mg3/hms)
Peduli Masyarakat Kurang Mampu
Berbisnis bukan hanya semata berorientasi pada keuntungan.Tetapi, Deng Uyha peduli sesama. Terutama bisa membantu masyarakat yang kurang mampu. Tarif perawatan yang diberikan lebih murah, sehingga cukup terjangkau bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah.
“Biaya kita berikan lebih murah Rp80 ribu per tiga kali pemeriksaan. Adapun obat yang diberikan sekadar obat generik seperti paracetamol dan sebagainya, karena kita tak bisa menawarkan pengobatan. Itu dokter ahlinya. Tapi kalau sunat bisa, biayanya cuma Rp500 ribu lebih murah dari biasanya Rp1 juta. Tenaga perawat kita juga sudah terlalih mereka dari akademi keperawatan, Ners lah. Jadi cukup memiliki kemampuan,” paparnya.
Sesuai dengan mottonya ‘Jadilah bermanfaat bagi orang lain, maka kamu akan selalu bersama orang-orang baik’, klinik yang dirintis Deng Uyha dengan harga yang terbilang murah, membuat pasien yang dirawat terus bertambah. Tentunya, hal itu sangat positif bagi kemajuan bisnisnya.
“Kalau di buku registrasi kami sudah ada 70 orang yang chek up di sini sejak Agustus. Kita juga sempat merawat orang kayak mandi dan makannya kita yang urus gitu. Mereka bayar perhari. Kalau misalnya ada orang tua yang tidak bisa di urus sama anaknya kita bisa kirim orang ke sana, semacam perawatan lansia. Biasanya tiga kali sehari. pagi siang malam, tergantung kontraknya dengan klien mau kayak bagaimana. Artinya hal ini sudah menjadi suatu kebanggaan bagi kami. Kita berbisnis tapi tetap menolong orang yang tak mampu,” ungkapnya.
Begitu pedulinyadengan masyarakat yang tak mampu, sehingga Deng Uyha berencana di 2017, Ia dan kawan-kawan seperjuangannya akan mengganti pembayaran warga yang kurang mampu dengan hanya menebus layanan keperawatan menggunakan limbah plastik. “Jadi kalau nanti mereka mau cek gula atau periksa kesehatan lainnya, bila pasien tidak punya uang, kami hanya minta sampah gelas plastik karena kita mau kembangkan kayak produk-poduk daur ulang. Ya, semoga ide ini nantinya bisa terlaksana agar bisa menolong lebih banyak masyarakat yang kurang mampu,” terangnya. (mg3/hms)
Dorong Lulusan Keperawatan untuk Berbisnis
Deng Uyha pun sudah mengagendakan banyak rencana di tahun 2017, untuk mengarahkan para mahasiswa keperawatan agar melirik bisnis bidang keperawatan melalui programnya Ners Rangers Go to Campus. Lewat program ini, Deng Uyha beserta koleganya mengunjungi setiap kampus keperawatan guna mengedukasi mahasiswa terkait potensi ilmu keperawatan dalam dunia bisnis.
Agenda ini pun akan diarahkan untuk mengubah mindset mahasiswa agar bisa berwirausaha. Karena menurutnya, banyak yang tidak tahu bahwa setelah selesai raih gelar ners itu mahasiswa keperawatan bisa buat klinik. “Ini bisa memecah pengangguran karena tidak bisa dipungkiri bahwa perawat itu penganggurannya cukup tinggi. Untuk itu, kita mau memecah mindset itu melalui asuan keperawatan, jual-beli alkes, atau apapun yang berkaitan dengan keperawatan.
Jadi banyak peluang yang bisa diraih lulusan ners atau keperawatan setelah selasai selain jadi PNS,” terangnya. Deng Uyha hendak menggelar program ini karena berkaca pada pengalaman-pengalaman sebelumnya, di mana para lulusan perawat begitu sulit memulai karirnya sebagai PNS.
Sehingga, berbisnis akhirnya mesti menjadi kebutuhan bagi para lulusan perawat. Ia mencontohkan, misalnya saja ada 3000-an mahasiswa, sementara perawat per tahun hanya diserap sekitar 200 saja. Itupun banyak yang bekerja tapi sukarela. Hal ini dilihat Deng Uyha sebagai sesuatu yang miris. Bahwa jenjang karir kepegawaian mahasiswa keperawatan itu begitu sulit. “Maka kita juga mau kampanyekan jangan mau jadi sukarela.
Jadi bikin klinik sendiri dari pada jadi sukarela tidak dibayar rugi kuliah kita mahal-mahal. Sasarannya kampus-kampus keperawatan. Nanti kita juga akan pameran dan talkshow untuk membahas produk-produk apa saja sih yang bisa dijual oleh perawat. Istilahnya mendorong mereka untuk berwirausaha,” tutupnya. (mg3/hms)
DATA DIRI
Nama : Rahmatullah Darmawan S.Kep Ns
Panggilan : Deng Uyha
TTL : Makassar, 16 Desember 1990
Motto : Jadilah bermanfaat bagi orang lain, maka kamu akan selalu bersama orang-orang baik.
Pendidikan: – SD Impres Negeri Minasa Upa 1 Makassar – SMP Negeri 1 Makassar – SMA 11 Makassar – S1 Keperawatan UIN Alauddin Makassar – Profesi Ners Stikes Yapika Makassar
Riwayat Pekerjaan: – Konselor Adiksi Balai Rehabilitasi BNN Baddoka Makassar – Direktur Utama CV. Phinisi Sejahtera – Direktur Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Phinisi Institute – Owner Nurse Station Apparel – Owner Rumah Asuhan Keperawatan Rufaidah Nurse Care
Sumber: http://upeks.fajar.co.id/2016/12/08/bangun-bisnis-bermodal-ilmu-keperawatan/
Kisah SuksesHelmet Sitompul, Ozora Homecare Bermitra dengan Rumah Sakitoleh Wanita Wirausaha Femina
Awal Usaha
Berbekal ilmu dan pengalaman sebagai ahli fisioterapi yang sering home visit untuk memberi terapi pasien di rumah, tahun 2007 lalu, Helme Sitompul (30) dan suaminya, Bernard Timothy (30), merintis usaha perawatan pasien di rumah, yang di luar negeri lazim dikenal dengan sebutan homecare. Layanan homecare sendiri mulai booming di Indonesia sejak awal tahun 2000-an dan Helme melihat bisnis ini cerah karena kesehatan adalah kebutuhan utama dan makin banyak pasien yang lebih memilih dirawat di rumah jika memungkinkan.
“Pasien pastinya lebih memilih dirawat di rumah, dekat dengan keluarga, daripada di rumah sakit. Selain secara psikis mendorong penyembuhan pasien, perawatan di rumah juga dapat menghemat biaya sewa kamar di rumah sakit yang bisa mencapai Rp1 juta - Rp1,5 juta sehari,” tutur Helme. Selain harga kamar yang mahal, biasanya rumah sakit juga akan membebankan biaya tambahan untuk penggunaan beberapa alat medis. Selain ingin dekat dengan keluarga, pertimbangan penghematan itulah yang mendorong orang untuk memilih layanan homecare.
Bernard yang saat itu masih bekerja di bank, akhirnya setuju menjalankan usaha mereka di bidang layanan homecare plus penyewaan hospital equipments yang diberi nama OZORA Homecare. “Usaha ini saling melengkapi. Pasien yang memilih dirawat di rumah tentu membutuhkan alat medis sesuai standardisasi rumah sakit. Begitu juga pasien yang membutuhkan alat medis elektronik, akan butuh tenaga medis untuk pengoperasiannya,” ujar Bernard.
Dengan modal awal sebesar Rp20 juta - Rp30 juta, pasangan ini pun mulai menyicil stok peralatan kesehatan yang akan disewakan. “Awalnya kami membeli hospital bed dulu, baru kemudian membeli monitor dan oksigen. Begitu dapat pesanan, kami langsung membeli barang,” kenang Bernard. Bernard selalu membeli alat-alat yang baru dari beberapa supplier alat kesehatan, kecuali alat elektronik seperti syringe pump, infusion pump, ventilator. Maksudnya, agar usia pemakaiannya lama. Ozora kemudian mengutip biaya sewa sebesar 10%-20% dari harga barang. Misalnya, hospital bed, ia sewakan seharga Rp1,7 juta sebulan, atau ventilator yang harganya Rp200 juta - Rp250 juta, disewakan sebesar Rp17 juta per bulan.
Lama-kelamaan usaha yang ditekuni secara sambilan ini kian berkembang. Setelah dua tahun ‘merayap’ membangun bisnisnya, mereka berhasil mengumpulkan tambahan modal hingga Rp250 juta. Bernard akhirnya berani melepas pekerjaannya di bank untuk terjun sepenuhnya mengurus bisnis ini. “Sekarang zamannya kita yang mengantarkan layanan medis ke rumah,” tutur Bernard, sambil tersenyum.
Kini, selain menyewakan hospital equipment dan layanan homecare, Bernard dan Helme melengkapi bisnisnya dengan layanan evakuasi berupa penyediaan ambulans dan menjual alat-alat kesehatan yang kecil, seperti tensimeter, alat cek gula darah, masker, sarung tangan, tongkat, dan kursi roda secara online dan di tokonya yang terletak di seberang Rumah Sakit Pondok Indah dan Ciputat, Jakarta.
Tantangan
Tidak mudah mengembangkan bisnis ini di awal. Sebab, kebanyakan orang Indonesia belum familiar dengan layanan homecare atau perawatan pasien di rumah. Kebanyakan masih berpikir bahwa tenaga pendamping yang disediakan homecare bukan tenaga profesional dan mengasosiasikannya seperti layanan babysitting semata.
Padahal, tenaga yang dipekerjakan Ozora adalah tenaga medis berpengalaman kerja selama beberapa tahun di rumah sakit. Tak kehabisan akal, Bernard pun menggandeng beberapa rumah sakit besar untuk bermitra dengannya.
“Mitra kami merekomendasikan layanan homecare kepada pasien yang membutuhkan layanan perawatan lanjutan di rumah berikut jasa sewa alat medis. Rekomendasi mitra bisnis meyakinkan calon klien dalam memilih homecare yang sesuai dengan standardisasi perawatan di rumah sakit,” papar Bernard. OZORA menawarkan kerja sama dalam bentuk referral fee dan insentif kepada mitra bisnisnya.
Tantangan lainnya adalah menciptakan tenaga medis yang andal. Untuk kebutuhan tenaga medis, seperti dokter, perawat, asisten perawat, ahli fisioterapi, terapis wicara, dan okupasi, Helme mendapatkannya melalui proses rekrutmen selektif. Ozora pun mengadaptasi sistem dan cara perawatan rumah sakit ke dalam layanan homecare-nya lewat observasi langsung di rumah sakit dan pengalaman para tenaga medisnya.
Selain itu, minimal sebulan sekali, Helme mengadakan evaluasi kerja dan training refreshment bagi 10 perawat tetap dan 10 tenaga medis freelance yang dipekerjakannya agar ilmu mereka tetap up to date. Berkat profesionalisme kerja timnya, jasa homecare-nya makin dipercaya dan dicari orang lewat mulut ke mulut.
Profit
Kebanyakan pasien yang meneruskan perawatan di rumah yang menggunakan jasanya adalah pasien-pasien kronis yang telah dirawat lebih dari 20 hari dengan kondisi stabil, seperti pasien diabetes, stroke, kanker, atau pasien pasca ICU. Dalam sebulan, Bernard bisa mendapatkan 10-15 pasien di Jabodetabek yang direkomendasikan rumah sakit mitranya. “Masing-masing pasien kebutuhannya berbeda. Untuk penyakit yang ringan, biasanya mereka hanya menyewa layanan homecare tanpa sewa peralatan medis,” kata Bernard.
Untuk layanan homecare, Bernard menetapkan biaya layanan medis sebesar Rp600.000 per hari atau Rp18 juta sebulan, sudah termasuk pendampingan 2 perawat. Sementara, harga layanan medis plus paket alat medis bisa mencapai Rp25 juta sebulan. Alat-alat medis yang disewakan dalam paket antara lain monitor detak jantung, syringe pump, infusion pump, hospital bed, suction, dan nebulizer. Dari bisnis ini, dalam sebulan Bernard berhasil mengeruk omzet rata-rata sekitar Rp180 juta dengan kisaran profit sebesar 30%.
Sumber: http://www.wanitawirausaha.com/article/helmet-sitompul--ozora-homecare-bermitra-dengan-rumah-sakit
Jurnalisme Kesehatan dalam Media Online
Manusia tanpa badan yang sehat tentunya tidak dapat beraktifitas dengan baik. Pada tahun 2018 ini, kemajuan teknologi sudah sangatlah pesat, bahkan kita tidak perlu ke dokter lagi untuk mencari tahu tentang suatu penyakit, hanya duduk santai, menyalakan smartphone lalu klik aplikasi kesehatan. Kali ini, saya akan membahas mengenai jurnalisme kesehatan dalam era digital serta tingkat kredibilitasnya. Tentunya bahasan ini sangatlah penting bagi kita karena hal ini menyangkut tentang kesehatan manusia, jika salah informasi dan kita tidak dapat mengetahui kebenaran artikel keshatan tersebut, maka kemungkinan terburuk adalah nyawa yang akan menjadi taruhannya. Sebelumnya kita perlu mngetahui mengenai jurnalisme kesehatan, tentang apa yang ada di balik jurnalisme kesehatan. Jurnalisme kesehatan ialah medium penyebaran pesan kesehatan (Santana, 2017: 14). Jadi peran dari jurnalisme kesehatan disini yaitu membantu Gerakan Kesehatan Masyarakat sehingga informasi yang dihasilkan dapat masuk ke ruang publik.
Hal yang disayangkan disini adalah jurnalis-jurnalis yang menulis informasi kesehatan bukanlah orang kesehatan alias dokter atau ahli kesehatan yang memang berpendidikan di bidang kesehatan. Seperti yang sudah dijelaskan di awal bahwa jurnalisme kesehatan merupakan suatu media yang dalam hal ini hanyalah suatu lembaga jurnalisme. Mungkin ini yang perlu digaris bawahin. Mulai dari sini pun sudah muncul konflik tentang kredibilitas terkait dengan informasi berita kesehatan karena adanya anggapan bahwa jurnalisme kesehatan hanyalah sebuah lembaga/ perkumpulan para waratawan kesehatan yang tidak memiliki keahlian kesehatan. Namun sebelum menuju ke ranah tersebut, mari kita selesaikan bahasan kita.
Memang, orang yang berkerja sebagai jurnalisme kesehatan merupakan pekerja media. Seperti layaknya orang media yang hanya memiliki kemampuan pemberitaan terkait berita kesehatan. Tentu saja mereka (jurnalis kesehatan) hanya mampu mengemas berita kesehatan supaya dapat dikonsumsi oleh khalayak umum. Jurnlisme kesehatan memiliki peran dalam menstimuluskan pesan kesehatan yang nantinya akan berpengaruh terhadap perilaku kesehatan. Dari berita kesehatan, masyakarat mendapatkan sugesti-sugesti rasional untuk menimbang berbagai persoalan kesehatan yang ada. Masyarakat akan diberikan informasi mengenai resiko, keuntungan, karakteristik dan lain halnya sehingga berita kesehatan masuk ke dalam kesadaran hidup keseharian masyarakat.
Banjirnya informasi membuat masyarakat memahami mengenai persoalan kesehatan mereka, cara mengatasi dan diajak untuk mencermati lingkungan sekitar. Apakah mereka hidup di lingkungan yang terjaga kesehatannya termasuk sarana dan prasarana kesehatan publik. Jika teman-teman berpikir bahwa jurnalisme kesehatan ini sama dengan laporan ilmiah itu salah . Jika dilihat mungkin secara sekilas, laporan ilmiah lebih menggunakan bahasa medis yang susah dipahami orang awam sedangkan jurnalisme kesehatan (berita kesehatan) lebih memberikan refensi bagi pembacanya karena lebih memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari, apa perkembangan medis dan riset-riset terbaru.
Berita kesehatan rentan dengan iklan yang mana pada sisi ini tentunya banyak industri farmasi dan kesehatan yang mengincar portal berita tertentu sebagai sarana promosi produk mereka karena dianggap memiliki daya tarik yang besar terhadap pembaca. Daya tarik yang penting disini karena biasanya bahasa medis sulit untuk dimengerti namun dalam hal ini para wartawan kesehatan ini menerjemahkannya kedalam bahasa sehari-hari yang mudah ditangkap. Namun ini menjadi tantangan pula bagi para wartawan untuk mau tidak mau walapun ia bukan ahli medis, ia harus paham. Alur yang dilakukan wartawan berita dalam menyusun berita kesehatan yaitu dengan wawancara. Wawancara disini pun diambil dengan dua sudut pandang yaitu yang pertama dengan mewawancarai tenaga ahli seperti dokter, perawat, juru bicara perusahaan farmasi, administrator rumah sakit dan orang-orang yang tahu menahu dalam dunia kedokteran. Kemudian wartawan akan mencari tahu dengan mewawancara orang-orang awam yang terkait dengan berita yang nantinya ingin diangkat, sehingga sumber berita tidak hanya bersumber dari satu sudut pandang saja namun dari banyak sudut pandang. Setelah itu barulah berganti pada berbagai detail permasalahan. Untuk itu, para wartawan saling berkumpul untuk dapat bertukar pemikiran seperti contohnya dalam perkumpulan Association of Health Care Journalist dan lainnya.
Mungkin disini teman-teman juga bertanya-tanya tentang darimana ide berita itu muncul? Jadi, ide berita itu muncul dari kegiatan lembaga mayarakat seperti lembaga kanker, jatung sehat. Jika di awal kita mengetahui lebih dalam mengenai berita kesehatan maka di sini saya akan membahas terkait berita kesehatan yang ada dalam platform online yang mana dalam hal ini tentunya sangat mempermudah. Berita yang tersebar diinternet tentunya masih rancu dan belum yakin bahwa itu memang berita benar atau hanya opini seseorang penulis dan bukan didasari dari pernyataan para ahli kesehatan. Mungkin untuk lebih real membahasnya, saya akan memberikan satu contoh media platform berita yang membahas mengenai bidang kesehatan di internet yaitu alodokter. Artikel yang termuat disana belum diketahui bahwa tulisan tersebut kredibel dan berita-berita yang ada di sana belum tentu benar. Mari kita lakukan tes bersama-sama. Alodokter meng klaim bahwa web mereka yang memiliki sumber terpercaya. Jika dilihat pada bagian akhir halaman terdapat pilihan tim editorial, di dalam halaman tersebut muncullah nama-nama dokter yang menjadi editor. Untuk melihat lisensi dokterpun, kita dapat menggunakan KKI untuk membuktikan lisensi dokter yang mereka punya.
KKI merupakan salah satu aplikasi yang dapat kita gunakan untuk mengetahui apakah orang ini benar-benar memiliki lisensi sebagai dokter. Ada beberapa hal yang juga perlu diperhatikan pada era digital seperti ini dan tentunya kita dapat belajar dan menghindari berita bohong yang bertebaran. Masalah kesehatan tentunya akan menjadi titik yang krusial, jika kita menerima berita secara mentah-mentah. Sebagai manusia kita terlalu berpikir spontan, instan dan reaktif. Misal ketika Dita sedang sakit perut yang tak berkesudahan, ia akan mencari diinternet kemudian hal yang muncul disana adalah kemungkinan penyakit-penyakit yang diderita seperti misal miom. Jika kita langsung bereaksi secara spontan, instan dan reaktif, pasti akan muncul kekhawatiran dalam diri oleh karena itu berpikirlah sebelum berujar. Bandingkan dengan sumber informasi lain jika perlu, perbanyak membaca referensi supaya tidak mudah untuk tertipu dan ketika tidak ada keyakinan mengenai suatu informasi tersebut, jangan sebarkan sesuatu yang belum tentu benar.
Bagi para jurnalis kesehatan tentunya pelatihan mengenai isu-isu kesehatan yang ada disekitar itu sangatlah perlu, setidaknya kita perlu aware terhadap lingkungan sekitar. Hal ini ditunjukan dengan adanya pelatihan Health and Nutrition Journalist Academy (HNJA) yang dilakukan oleh DANONE yang dalam hal ini tidak hanya pelatihan selama 2 bulan yang dilakukan, namun hasil akhirnya pun dilihat dengan action nya membuat suatu liputan terkain dengan isu mendalam akan masalah dasar kesehatan dan nutrisi. Pelatihan ini bertujuan agar para jurnalis dapat memberitakan informasi yang berbobot dan tentunya berdampak baik bukan berdampak buruk alias hoax.
Sumber: https://www.kompasiana.com/nitaharyanto7278/5bbbfa81677ffb194c4728a4/jurnalisme-kesehatan-dalam-media-online#
Syaifoel Hardy, Perawat yang tak hanya sukses dalam karir.
Syaifoel Hardy dalam bingkai – via republika.co.id
Syaifoel Hardy, MN adalah sosok perawat inspiratif asal Indonesia yang punya segudang
prestasi baik nasional maupun Internasional.
Mengawali karirnya dari nol alias sebagai perawat biasa kini beliau justru telah memberi
inspirasi yang bermanfaat kepada puluhan ribu masyarakat Indonesia, kuhususnya para
perawat.
Melalui lembaga yang Ia didirkan yaitu Indonesian Nursing Trainers (INT) Syaifoel Hardy
telah memberikan pelatihan kepada ribuan calon perawat agar siap tempur menjadi perawat
yag profesional dan kreatif. Gak Cuma lewat lembaga, beliau juga banyak memberikan inspirasi lewat buku – buku yang Ia tulis, seperti Enjoying Nursing, From Qatar To Indonesia dan masih banyak karya tulis beliau yang lainnya.
Kerja keras memang gak pernah menghkianati hasil. Seberapa keras perjuangan kita, maka
kita juga akan mendapatkan hasil yang setimpal. Kira – kira seperti itulah yang dilakukan
oleh tokoh – tokoh dunia kesehatan yang sangat menginspirasi ini.
Mereka berjuang bukan semata – mata hanya karena materi, tapi karena niat tulus untuk
memberikan manfaat sebanyak – banyaknya kepada orang yang ada di sekitarnya. Sangat
wajar bila mereka mendapatkan penghargaan yang berlimpah.
Kamu yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan harus bangga, karena pada faktanya
sewaktu kecil banyak yang bermimpi ingin menjadi seorang dokter, perawat, bidan dan
tenaga kesehatan lainnya tapi kenyataannya hanya sedikit yang bisa sampai ke impian
tersebut.
Jayalah tenaga kesehatan Indonesia.
Sumber: https://tempatasik.com/kisah-inspirasi/5-tokoh-tenaga-kesehatan-indonesia-sangat-mengins
pirasi-generasi-muda/#
PENGUSAHA MUDA YANG SUKSES DENGAN BONEKA ANATOMI.
Mengawali bisnis di usia muda ternyata memberikan banya pelajaran dan pengalaman unik bagi tiga mahasiswi jurusan keperawatan universitas Indonesia(UI), yakni yunara ningrum nasution, syifa fauziah, dan manggarsari. Meskipun skrang ini mereka masih disibukan dengan tugas-tugas utama di bangku perkuliahan, namun ketiga dara cantik ini tidak mengubur jiwa entrepreneur dalam dirinya dan mulai membuka peluang usaha yang sesuai dengan bidang pendidikannya.
Memiliki latar belakang pendidikan dibidang kesehatan, tiga remaja yang rata-rata berusia 23 tahun ini berinisiatif membuat bonrka anatomi yang dilengkapi dengan organ tubuh seperti layakna manusia. Tidak seperti boneka anatomi lainnya yang sering ditemui di laboratorium, boneka anatomi buatan manggar, syifa, dan yunara memiliki bentuk yang cantik dan bagian perutnya bisa di bedah untuk memberikan edukasi kepada anak-anak tentang organ penting dalam tubuh manusia, seperti misaknya paru-paru, jantung, hati, lambung, usus besar, maupun usus halus.
Perjalanan menuju sukses.
Berawal dari obrolan ringan di kampus keperawatan UI, manggar, syifa, dan yunara segera mewujudkan ide segarnya dengan mencari tukang jahit yang bisa memproduksi boneka dan pakaiannya. Setelah melewati beberapa kali uji coba, akhirnya mereka menemukan bentuk yang paling proporsional dan menjadikan boneka tersebut sebagai sampel produksi bagi calon konsumennya..
Setelah mendapatkan respon yang cukup bagus dari orang-orang disekitarnya, mereka mulai menggandeng pabrik boneka yang ada di kota mereka untuk memproduksi boneka anatomi secara masal. Awalnya manggar, syifa, dan yunara memproduksi 100 buah boneka dan memakan biaya produksi sekitar Rp.15jt. meskipun modal yang dibutuhkan tidaklah murah, namun dengan bantuan modal dan moril dari pihak kampus, tiga sekawan ini bisa mewujudkan impian besar yang mereka miliki.
Mengusung nam “Heuphoria” sebagai merek bonekanya, ketiga mahasiswi semester akhir ini mencoba menggabungkan dua kata utama yaitu Health(kesehatan) dan Euphoria(kesenangan) untuk mengajak para konsumen agar bisa lebih perduli dengan kesehatan. Selain itu, dibarengi dengan visi dan misi yang merek miliki, kehadiran Heuphoria diharapkan bisa memperkenalkan dunia kesehatan kepada masyarakat, khususnya bagi anak-anak yang berusia dibawah 12 tahun.
Dibandrol dengan kisaran harga Rp.100.000,00-Rp.200.000,00 per boneka, sekarang ini Heuphoria bisa mengantongi omset hingga Rp.3,5jt setiap bulannya. Penjualan tersebut mereka dapatkan dengan aktif di media online seperti jejaring social, blog, email serta menjalin kemitraan dengan para reseller yang terbesar di beberapa kota besar seperti bandung, Yogyakarta, magelang, kudus, Palembang, medan dan lain sebagainya.
Kreativitas dan inovasi yang di ciptakan ketiga mahasiswi keperawatan tersebut, kini tidak hanya memberikan tambahan penghasilan untuk membayar uang kuliah, namun juga mengantarkan mereka menjadi salah satu pengusaha muda yang sukses dengan boneka anatomi. Semoga informasi kisah pengusaha sukses yang kami angkat pada pekan ini bisa memberikan sedikit manfaat bagi para pembaca dan menginspirasi seluruh mahasiswa di Indonesia untuk tidak takut dalam berkarya. Maju terus bisnis mahasiswa dan salam sukses.
Sumber: https://bisnisukm.com/pengusaha-muda-yang-sukses-dengan-boneka-anatomi.html
Komentar
Posting Komentar